Waktunya Rehat Sejenak

"Gimana? Bisa tidur?" Tanya suami setelah membiarkanku tidur sejenak selepas isya, malam ini. 


Aku mengulet dan menendang pelan selimut karena suhu ruangan yang tak lagi sejuk. Kelopak mataku yang tadinya sangat berat dan lengket, kini sudah bisa kuangkat. Leher belakangku masih sedikit sakit. Beberapa titik lain di tubuh masih terasa lelah dan pegal-pegal. Setelah body scanning singkat, aku menjawab, "Mungkin. Rasanya kayak nggak tidur."


Lelaki itu meninggalkan meja kerja lalu duduk di sampingku. Ia mulai memijit beberapa titik pegal di belakang leher yang sedari tadi kutunjuk, sembari berkata, "Bocor AC-nya tambah parah, Bebi."


"Separah apa?"


"Airnya lebih deres," ia menunjuk ember biru yang kami letakkan di bawahnya. Sekilas kulihat, hasil tampungannya memang lebih banyak. "Lebih jauh juga tetesannya."


Aku mengangguk. 


Sudah dari kemarin lusa kami menyadari adanya suara air aneh yang bersumber dari si AC. Namun karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di luar kota, entah bagaimana persoalan si AC terlewat kami tanggapi dan tindaklanjuti secara sat set. Bahkan kemarin malam hingga sore ini, si AC tetap kami paksa menghadirkan angin sejuk agar kami bisa tetap nyaman bekerja dari rumah. Meskipun jelas-jelas mesin itu sudah menangis kencang hingga tetesannya sukses membasahi satu keset handuk.


Dasar manusia.


"Bebi, mungkin next time kalau kita udah tau AC-nya bermasalah, langsung kita laporin ke petugas kost aja kali yah?" Ujarku. "Supaya bisa langsung diperbaiki."


Kini giliran suami yang mengangguk.


Bukan hanya tentang AC. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita seringkali mengabaikan tanda-tanda kecil yang ditunjukkan alam untuk memberikan signal tentang adanya suatu masalah. Padahal, logikanya, luka goresan baru lebih mudah diobati daripada luka yang sudah terlanjur infeksi, bukan?


Kita perlu belajar untuk lebih mendengarkan apa yang tubuh dan jiwa kita butuhkan... and definitely do something about it. 


"That's why I need a break," kataku setelah sunyi yang cukup panjang. 


Sedikit terkejut dengan hasil kontemplasi tiba-tiba inii, suami menghentikan pijatannya sejenak dan bertanya, "Kenapa?"


"Supaya enggak kayak AC itu. Tambah parah."




Yazida.

23:25 WIB

#Day26 #30DWCJilid46 

Komentar