Lelap

Meskipun hanya menjadi penumpang (dan bukan supir cadangan seperti rencana awalnya), saya begitu kelelahan ketika mobil berhasil terparkir di kampung halaman suami. 


Kami bebersih singkat kemudian terkapar tak sadarkan diri di bawah sejuknya semilir AC. Oleh karena terletak di pinggir pantai, suhu siang ini cukup bisa dikatakan terik. Kombo kasur di dalam ruangan ber-AC? Tentulah mujizat di saat-saat seperti ini. 


Kami tepar hingga dua jam. 


Jika kasus tidur lelap ini hanya dialami suami saya, sangat dapat dimaklumi. Beliau berada di balik kemudi selama hampir delapan jam lamanya, di tambah fakta bahwa ini adalah perjalanan mudik pertama kami dengan kendaraan pribadi. Namun tentu saja sulit dapat dipahami kenapa saya yang sepanjang perjalanan sudah banyak tidur juga butuh tidur tambahan, bukan? 


Ketika sore harinya kami terbangun dengan mata yang masih sangat ingin terkatup rapat karena berat, kami mencoba menyegarkan diri dengan bantuan air. Tak hanya untuk mata dan sekitar wajah, mandi air dingin nyatanya cukup ampuh meningkatkan kesadaran dan memberi rasa segar di tubuh. 


Kami berkeliling kampung untuk menyelesaikan beberapa urusan, hingga cukup lupa dengan alokasi waktu dan energi. Pun ketika sampai di rumah, kami masih dihadapkan dengan urusan lain yang perlu diselesaikan. 


Sehingga saat kami berdua sudah kembali ke kasur di ruangan ber-AC ini... kami benar-benar siap untuk terkapar dengan lelap untuk kesekian kalinya hari ini. 




Yazida. 

23:10 WIB

#Day16 #30DWCJilid46

Komentar