Di Sisi Ibuk
Kau di liang yang satu, ku di sebelahmu...
"Buk, bukannya menikah itu artinya hidup, menua bersama, lalu dikubur bersebelahan? Seperti lagu tadi."
Ibuk hanya tersenyum tipis. Tangannya masih terus menelusuri setiap sisi pakaian kering dengan bau khas matahari lalu melipatnya satu-satu. Selain membuat token listrik lebih cepat berbunyi, setrika hanya untuk pakaian penting saja katanya.
"Lalu Ibuk bagaimana?" Aku bertanya serius.
Pasalnya, sabtu pagi hingga sore menjadi kegiatan rutin kami berjualan rujak buah di salah satu perumahan besar dengan halaman luas dan pohon yang rindang. Kami selalu memarkirkan gerobak di satu titik yang sama, mengamati berbagai mobil mewah keluaran terbaru berseliweran sambil berusaha mencari wajah familiar yang fotonya disimpan rapat di dompet Ibuk. Sosok bernama Pak Adi yang seharusnya kupanggil Bapak, yang katanya tinggal di perumahan besar itu bersama istri dan kedua anaknya.
Besar kemungkinan, status istri siri yang tak lagi dinafkahi tidak akan membuat Ibuk bisa beristirahat di sebelah liang Bapak kelak.
Wajah cantiknya yang mulai berkerut itu tersenyum, "Ibuk nanti bisa dikubur bareng Eyang."
"Tapi Eyang saja ndak pernah mau ketemu kita," aku menyeletuk ketus. Terlintas sekelebat memori buruk tentang hari raya, rumah Eyang, teriakan, tangisan, dan pipi lebam Ibuk. "—apalagi dikubur bareng."
"Sssst, Indah," Ibuk mencolek pelan kakiku. "Ndak boleh begitu, Nak."
Aku menghembuskan napas panjang. Hampir lima belas tahun sudah. Entah sampai kapan harus hidup berdua di kota antah berantah tanpa sambutan dan bantuan hangat dari kerabat. Seumur hidup jelas terlalu lama. Namun bahkan untuk beristirahat dengan damai setelah mati pun, entah apakah bisa.
Kurapikan laporan praktikum biologi yang baru selesai kutulis tangan lalu memasukkannnya ke dalam ransel. Kulihat Ibuk sudah menggantung seragam putih biru untuk kukenakan esok hari. Meskipun warnanya menguning, namun tampak rapi dan licin sudah disetrika.
"Yasudah," kataku sambil mulai ikut melipat pakaian yang masih menggunung di atas kasur kami. "Ibuk nanti dikubur sebelah Indah saja ya."
Yazida.
21:46 WIB
#Day24 #30DWCJilid46
Komentar
Posting Komentar