Ticking Machine

Tidak ada sedikit pun kabar burung yang terbang ditiup angin ketika sepatu biruku menapaki lapangan indoor luas, meeting point kami pagi ini.

Semua berjalan seperti biasa.

Pemberitahuan jam kumpul yang jauh lebih pagi dari jam dimulainya registrasi, suara geraman motor yang berbondong-bondong mengisi halaman parkir yang masih kosong, mata-mata sipit yang masih sedikit mengantuk, guyon ringan gerombolan manusia di beberapa sudut... bahkan setelah absensi sesuai abjad, pembagian sebotol air mineral, juga duduk sesuai plotting pun, semua benar-benar normal.

Kami banyak berbincang mengenai beragam hal tidak penting tapi layak ditertawakan yang berarti hal tersebut masuk kategori super receh. Bersenda-gurau saja menyebarkan bahagia selagi masih belum dimulai acara kami. Berbaur bahagia tanpa risau.

Tadinya begitu.

Saat pengumuman itu tiba-tiba datang dalam wujud kepastian, tanpa hembusan kabar burung yang tentu akan lebih kami harapkan kebenarannya...

... kami terdiam.

Kami, kumpulan keping puzzle yang sudah disusun utuh sebagai kesatuan yang bergerak beriringan dengan mantap, kini harus terbiasa dengan formasi baru kami setelah beberapa kepingnya harus dicabut paksa dari puzzle kami dan dijejalkan ke dalam puzzle lain dalam formasi lain.

Mudah mengatakannya. Andai tidak ada waktu sekian lama itu untuk kami saling mengenal dan merekatkan lem pada setiap lekuk yang ada, andai tidak ada jejak-jejak kaki kami di sepanjang jalan berliku panjang di belakang untuk mencapai kata satu, andai berbagai proses dan dinamika tersebut memang tidak pernah ada dan terjadi.



Kehilangan itu pasti.

Seakan menjadi pengingat saja bahwa setiap pertemuan adalah titipan-Nya. Kesempatan yang Ia berikan. Entah bagaimana dan entah berapa lama.

Maka mari kita syukuri juga nikmati setiap detiknya...

... selagi Sang Waktu masih bergulir. Selagi hanya bisa, kita, manusia, menunggu diungkapnya kepastian-Nya.


#30DWCJilid7 #Day26

Komentar