Finding the Right Mr E

Sudah beberapa posting belakang ini, Yazida belum punya waktu untuk kembali mengenakan Jubah Editor Yazida.

Untuk yang belum tahu, istilah ini Yazida dapatkan dari mengikuti program 30 Days Writing Challenge.

Berdasarkan apa yang saya tangkap, terdapat dua jubah yaitu Jubah Penulis dan Jubah Editor. Jubah Penulis membebaskan kita menulis apapun, sebebas-bebasnya, tanpa perlu berfikir banyak. Sementara itu Jubah Editor adalah fase di mana kita membaca ulang tulisan kita dan mengeditnya berdasarkan kaidah dan aturan yang berlaku.

Jadi kalau sedang menulis, kenakan Jubah Penulis. Kalau sedang mengedit, lepaskan Jubah Penulis dan kenakan Jubah Editor. Simpelnya gitu (untuk lengkapnya, setahu saya bisa dibaca di buku Mas Brili Agung. Maaf Yazida belum baca bukunya juga, hanya hasil share singkat orang lain, waktu itu).

Kembali ke kalimat pembuka tadi, jadi... yup! Beberapa posting saya belakangan ini banyak yang masih mentah. Kecuali mungkin kalau teman-teman bacanya sudah versi rapi, nah berarti Jubah Editor sudah saya kenakan tuh, yeay!

Alasan susahnya penggunaan Jubah Editor ini mungkin adalah faktor kaidah dan aturan yang ada. Kadang sedang mengedit, tiba-tiba zonk. Nggak ngerti kaidah atau aturan yang harus saya gunakan dalam kasus yang baru saya temui tersebut.

That's why editing needs plenty of time.

Pernah suatu hari karya saya diedit alias digodog oleh salah satu editor untuk buku proyek antologi. Bisa dibaca ceritanya di posting ini, bagaimana kecewanya saya saat ciri khas saya sebagai penulis hilang.

Dua minggu setelahnya, om saya nge-chat minta tolong edit tulisannya. Tebak setelah selesai, apa yang terjadi? Jengjengjengjeng...

... beliau complain hal yang sama seperti yang saya complain ke editor saya.

Hal ini seakan menjadi bukti cukup sulitnya menjadi editor dan mencari editor yang selain paham kaidah aturan, juga paham betul gaya dan ciri khas kita sebagai penulis.

Output-nya apa? Selain membuat kita -sebagai penulis- bahagia karena ciri khas kita yang tidak hilang, tanda baca dan pemenggalan kata bin kalimat yang jauh lebih enak dibaca, juga penggunaan huruf kapital yang lebih pada tempatnya... tentu kita akan puas saat maksud dari tulisan kita dapat tersampaikan kepada pembaca, tanpa salah tangkap, bahkan bisa diaplikasikan dalam keseharian.

Nah, untuk penulis macam saya yang masih belajar di ranah blog (doakan agar segera naik kelas ke ranah buku, aamiin), rasanya belum lah kalau setiap tulisan saya sebelum dipost harus melewati godog-an para editor handal.

Selain faktor biaya yang entah berapa jumlahnya harus saya keluarkan untuk jasa editing tersebut... memangnya saya siapa sih? Hahahah, sampai segitunya segala.

So, yup, sebagai penulis yang tentu sudah paham betul ciri khas kita masing-masing, tak ada salahnya belajar kaidah dan aturan kepenulisan yang berlaku. Dengan begitu, kita tidak akan repot untuk mencari dan menemukan editor sesuai dengan kriteria yang saya tulis di atas (berdasarkan standar minimum seorang Yazida, sih. Kalau teman-teman punya standar berbeda, share dong untuk referensi, hihihihi), karena...

... TADA!!!

We are the person who might suit ourselves best. Both as a writer... and an editor.



Yazida.
Sunday, July 16th, 2017.
23.34 WIB.

#30DWCJilid7 #Day

Komentar