Individu dan Kemampuan Menyapa Publik

Demam panggung nyatanya tak hanya melanda mereka yang tidak biasa tampil berbicara di depan banyak orang. Apalagi faktor bahwa penampilan tersebut akan dikomentari langsung oleh pembicara, mentor, maupun narasumber dari pelatihan public speaking kami pada hari ini... sungguh deh, beragam reaksi muncul dan sudah saya amati sendiri.

Tangan dingin, sakit perut, gemetaran, berkeringat.

Saya bahkan melihat teman saya Mogu keluar ruangan saat gosip bahwa setelah ini dia yang akan tampil. Lama sekali dia di luar. Tangan dingin, tegang, snack hingga makan siang nyaris tidak disentuhnya sama sekali.

Padahal dia selalu membuat suasana pecah ketika tampil melakukan apapun di depan banyak orang.

Sementara itu, saya yang punya nama depan huruf Y sedang santai-santai memainkan ponsel pintar -karena absen saya deretan bawah dan dijamin maju terakhiran alias esok hari- saat nama saya mendadak disebut. Sistem maju urut absen berubah seketika menjadi atas-bawah, atas-tengah, atau tengah-bawah. Entahlah.

Yang jelas saya maju dadakan dengan case yang belum matang saya godok untuk saya bawakan di depan.

Alhamdulillah saya berhasil dan mendapatkan feedback membangun (yang sedari dulu sudah saya cari dan tunggu, sebenarnya) terutama mengenai timbulnya sedikit noise yang ternyata diakibatkan teknik penggunaan mic saya yang agak sedikit kurang tepat. Selebihnya positif. Yeay!

Padahal kalau orang lain tahu, tiga jam sebelumnya tangan saya pucat dingin, deg-degan, bahkan sempat ragu apakah saya bisa atau tidak. Terbukti dengan cara saya chat teman baik saya dengan nada keberatan yang tersirat (curhat, ceritanya).

Juga tiga detik setelah penampilan saya, tangan saya gemetaran dan masih dingin. Nafas saya sedikit ngos-ngosan. Uniknya, saya malah mendapatkan teman baru karena hal sama yang kami alami tersebut (dia maju dua urutan setelah saya, jadi kami duduk bersebalahan dalam beberapa menit sampai selesai dikomentari).

Intinya soft skills semacam public speaking ini memang penting sekali dikuasai dalam segala jaman yang terus berkembang. Keberagaman individu menjadikan setiap situasi yang mengharuskan kita berbicara dan menyapa publik begitu unik dan menimbulkan kesan berbeda-beda.

Yeah, Dear Public, you might always be the external factor that we can never really expect.



#30DWCJilid7 #Day10

Komentar