The Conversation: Reborn
"Apakah kamu berbeda dengan yang dulu?"
Seorang teman baik saya semasa SMP bertanya kepada saya melalui kolom chat Facebook setelah sebelumnya menyapa saya.
Sayang, sebelum saya sempat menjawabnya, dia malah offline duluan.
Jadilah pertanyaan itu berputar-putar di kepala saya selama beberapa hari dengan jawaban saya yang lebih merupakan pertanyaan balik untuk dia:
"Aku yang dulu, gimana emang?"
Pertanyaan ini cukup krusial buat saya. Kenapa? Karena saat saya balik bertanya pada diri saya sendiri, saya tidak bisa menjawabnya. Aku yang dulu, gimana emang?
Akhirnya sekian hari kemudian, saya lihat post dia di Instagram. Duduk dengan latar belakang icon fenomenal kampus saya, tulisan besar-besar "Universitas Gadjah Mada".
Refleks saya meninggalkan komentar, "Jahaaaaaat, kesini nggak bilang!"
Selang beberapa saat, beberapa pesan yang di-enter atau dikirim setelah penulisnya mengetik dua sampai empat kata pun masuk melalui Whatsapp saya.
"Hai, Yaz. Aku di Jogja loh..."
Saya seneng banget!
Karena emang dasarnya saya nggak tau tempat dan suasana sekali, nggak perlu menunggu setengah percakapan –technically waktu itu masih di awal setelah dia berkata bahwa kepentingannya di Kota Pelajar sudah terselesaikan– saya langsung nyerocos, "BTW, BTW, I have something to ask."
"Yap."
"Jadiii, waktu itu kamu chat aku di Facebook kan, tanya 'aku beda engga sama yang dulu'." Saya langsung on point. "Naah, emang kenapa?"
"Pengin tau kamu ajaaa, kamu masih kayak dulu engga..."
Saya mengetik sambil terkekeh, "Aku dulu gimana?"
"Kamu dulu ituuu," ia menjeda kalimatnya. "Perhatian, cerewet, dll."
Saya ngakak. Seratus persen yakin bahwa si Pengirim Pesan ikut ngakak juga.
"Harusnya tanyanya jangan ke aku hahahah, aku nggak bisa menilai hahahahah," jawab saya setelah berhasil mengatasi tawa saya.
"Yaa menurutmu aja, kamu masih sama seperti dulu engga." Dia melanjutkan, "Kan aku pengin tau apakah kamu berubah, dan kalo iya, berubahnya gimana..."
"Menurutku?" Saya berfikir keras selama dua menit. "Cerewet kayaknya masih, atau mungkin tambah. Tambah absurd juga, tambah aneh... tambah heboh jugaaa!" Saya terkekeh lagi di tengah jawaban yang sedang saya susun. "Kalo perhatian? Sampe temenku ngomong, 'Yaz, nggak capek mikirin aku?'
"Aku kalo udah cuek, cuek banget. Kalo udah care, care banget. Kayaknya dari SMP gitu..."
Dan respon yang nggak saya sangka keluar dari dia adalah... dia ngakak. Ngakak sebelum akhirnya bilang hal yang nggak saya sangka juga, "Itulah Yazida. Yazida memang Yazida. Kalo nggak kayak gitu, ya bukan Yazida namanya!"
Saya ngakak lagi. "Berarti kesimpulannya, berubah nggak tuh? Hahahah..."
"Nopeee!"
"Hahahahah, sekarang pertanyaanku jawab," saya lanjut mengetik. "Masih kebapakan kaah kamu?"
"Engga, Yaz," dia menjawab disertai emoticon sedih. "Karena nggak ada lagi yang bilang aku kayak bapak..."
Dengan cengiran lebar superpede, saya mengirim, "Aku the only one so far, yah? Hahahah..."
"Yes you are."
#30DWCJilid5 #Day27
Komentar
Posting Komentar