Makhluk Ringkih


"Nggak, aku nggak apa-apa."

Bohong kalau kalimat itu terlontar dari mulut seorang perempuan, dari balasan chat seorang perempuan, atau sekedar gelengan kepala seorang perempuan. Itu bohong.

"I'm fine."

Masih sama bohongnya. Ketika kamu menatapnya, ia tiba-tiba mengalihkan pandangan dari entah objek apa yang sedari tadi ia pandangi ke arahmu, menarik sedikit kedua ujung bibirnya dengan usaha ekstra sedangkan kedua matanya tak ikut tersenyum... Itu bohong.

Kamu berjalan disebelahnya. Menggandeng sebelah tangannya dan menceritakan bagaimana harimu berlangsung. Ia masih menyunggingkan senyum menyedihkannya sambil sesekali bergumam meresponmu, "Ooh. Mmm hmm. Iya. Haha..."

Iyakah sedari tadi ia memang sedang bersamamu?

Ia tampak resah. Pandangannya berganti, melirik kesana-kemari dengan cepat. Tangan dalam genggamanmu dingin berkeringat.

Tidakkah hanya raganya saja yang sedang berjalan di sampingmu sekarang? Sementara fikirannya? Entah tertinggal dimana.

Rumit. Iya. Mutlak rumit.

Perempuan dapat sekenanya menjawab terserah saat ditanya mau makan dimana dan seenaknya protes saat kata "terserah" itu dituruti oleh yang tadi bertanya.

Perempuan dapat tiba-tiba marah karena hal kecil yang tidak seharusnya menimbulkan permasalahan. Bahkan tanpa sebab apapun, perempuan bisa tiba-tiba saja membentakmu.

Perempuan perlu waktu lebih lama untuk berbaikan. Mempertimbangkan ini-itu dari berbagai sudut pandang. Berbaikan pun tak jadi jaminan semuanya akan kembali seratus persen normal seperti sebelumnya.

Meski begitu, di balik itu semua... perempuan adalah salah satu makhluk paling ringkih yang pernah Ia diciptakan.

Makhluk ringkih yang Ia titipkan ke padamu.

Untuk kamu jaga, untuk kamu sayang, untuk kamu bahagiakan.

Saat ia takut, rengkuhlah ia di sisimu. Seperti kamu telah menemukan pelengkap tulang rusukmu yang katanya Ia ambil untuk menciptakan makhluk ringkih yang sedang kamu rengkuh ini.

Saat ia menangis menutupi wajahnya dengan kedua telapaknya, belai ia. Begitu pelan, begitu hati-hati, seakan kamu takut makhluk ringkih ini akan hancur di tanganmu.

Saat ia marah dan bercerita, dengarkan saja. Biasanya yang ia perlukan hanya hadirmu disana, baik ragamu maupun fikiranmu. Bertindak di sana layaknya sebuah camera yang sedang merekam. Kadang bukan komentar keruh darimu yang ingin ia dengar balik.

Saat ia tersenyum dan tertawa bahagia bersamamu, karenamu, tanyakan pada dirimu sendiri: Bukankah pemandangan itu yang memang ingin kaulihat setiap hari, mulai hari ini hingga selamanya?



#30DWCJilid5 #Day28

Komentar