Penulis MEMANG Berbahaya




Ngomongin genre, saya juga sebenernya nggak tau pasti tulisan saya itu fiksi atau non fiksi. Prinsipnya, yang saya tau: kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, maka tulisan tumbuh tidak jauh dari penulisnya.

Kenapa kok gitu?

Ya ibaratnya, saya lagi bahagia sekali nih, kalau suruh nulis adegan sedih, pasti nggak dapet "nyawanya". Begitu juga sebaliknya, ini konteksnya tulisan fiksi yaaa...

Contoh konteks non fiksi, gini: saya baru dapet pelajaran soal "Perilaku Prososial" nih, pengen nulis artikel. Nggak mungkin kan, tiba-tiba yang saya publikasikan mendadak jadi artikel mengenai "Cara Mendaur Ulang Hati yang Keseleo"? Hal yang bahkan saya sendiri nggak ngerti gimana caranya hahahah...



Kembali ke galau genre saya di atas tadi, yup, I'm not sure where am I... between or both? I don't know.



Ya. Tulisan saya biasanya berdasarkan apa yang pernah saya alami sendiri.

Ya. Tokoh-tokoh dalam cerpen yang saya tulis biasanya hidup dari karakter para manusia asli yang mungkin sekarang sedang berkeliaran atau bahkan sedang berhenti sejenak untuk membaca tulisan ini.

Ya. Alur, adegan, ending, nama, nasib... apapun itu dalam cerpen saya, ya... terserah saya mau disulap jadi apa, kan? Yeay!

Mau inspirasinya dari kejadian nyata, seperti yang sudah saya tulis di atas, tetap aja saya penulisnya, iya apa iya? Hahahah, berarti suka-suka saya dong, yuhuuu~



Berawal dari hal sepele seperti tidur a.k.a hobi saya, saya berhasil menulis sebuah post di blog saya yang berjudul "Dibuai Pagi". Hayooo sudah baca belum niiih?

Berawal dari para chat dan para SMS absurd yang saya dapatkan, saya berhasil menulis banyaaak sekali post yang ternyata kebanyakan isinya hasil screenshot ajaib saya!

Hayooo yang sudah jadi "korban", mana suaranyaaa?
Untuk yang belum, yakin nih, beneran belum? Hahahah...



Last but not least, um...
Agak serius sedikit nggak apa-apa kan yah?

Okay, here we go...



Berawal dari patah hati pertama seorang anak kelas enam SD, setelah tiga tahun lamanya hanya bisa kembali patah ketika mengingat lagi kisahnya... saya akhirnya bisa menyembuhkan diri saya dengan menulis cerita tersebut "versi saya".

Dua puluh halaman tanpa jeda, sebagai tugas Bahasa Indonesia saya sebelum lulus SMP.



Untuk Anda yang pernah membuat saya patah hati, CONGRATULATIONS!

Anda sudah jadi Tukang Sayur idola ibu-ibu rumpi di bagian ending cerpen saya lhooo...



Penulis memang berbahaya ya? Atau cuma saya ya? Hahahah...

Tapi overall, saya selalu puas liat ekspresi "korban" saya setelah saya membuat pengakuan semacam yang di atas tadi.

Seperti partner kerja saya semasa SMA yang melongo hebat setelah saya bilang, "Ooh iya, makasih banyak yaaa gara-gara kamu dulu 'jahatin' aku, cerpenku dapet juara dua, aku dapet hadiah Rp750.000, dibukukan pula! Plus, judul bukunya pakai judul cerpenku lho..."

BOOM.



Masih belum percaya kalau penulis itu berbahaya? Yaaa, mulai sekarang, mari jangan anggap remeh slogan saya:

"Beware, I'm a Writer."



Karena Anda memang harus berhati-hati...
... karena saya Penulis.

#30DWCJilid5 #Day24

Komentar