166.7 KM
Banyak orang bertanya-tanya, apa sih nikmatnya bolak-balik rumah-perantauan dengan kadar frekuensi sering, seperti yang saya lakoni?
Iya, kalau ditanya capek atau engga, nggak bisa saya pungkiri bahwa perjalanan ini kadang terasa begitu melelahkan.
Iya, kalau ditanya boros atau engga, nggak perlu ditanya. Jelas borosnya.
Iya, kalau ditanya niat banget atau engga-nya, keliatan sih... niat banget. Habis kelas kadang gedebrukan balik ke kos sweet kos buat packing dadakan dan pesen ojek online karena mendadak pengen atau memang disuruh pulang.
Balik ke perantauan pun juga penuh perjuangan. Di saat para manusia tidur, saya sudah harus di stasiun buat beli tiket balik dari rumah ke perantauan, biar dapet kereta yang bisa selonjoran kaki dengan harga tiket lebih murah.
Seperti malam ini.
Saat setelah saya cek, tiket kereta langganan saya yang biasanya berangkat pukul dua pagi, sudah habis. Jadilah saya harus menunda tidur saya selepas hang out untuk segera packing karena jam keberangkatan dari kereta-yang-masih-bisa-selonjoran, kali ini maju dua jam dari jam dua.
HAYOHLOH. Bingung bacanya nggak nih wkwkkww
Yup, it's gonna be a midnight train!
So, here I am now. Sitting next to a window, hugging my red little pillow, put on my white earphone, listening to lullabies.
Hoping my eyes would be heavy as the train started running through the night.
Komentar
Posting Komentar