Romantic, Non-Horror Ghost Stories?

Selain membuatku merasa terkekang dan bosan, pandemi juga membuatku banyak mengeksplorasi diriku sendiri. Beragam aspek, tentu saja. Namun salah satu hal ringan yang akan kuceritakan malam ini adalah mengenai ragam buku bacaan kesukaanku, yang tumbuhnya mulai bercabang kesana-kemari.

Bacaan favoritku di masa kuliah dapat kusimpulkan dalam empat kata: semua buku Risa Saraswati. Bagi kalian yang bertanya-tanya penjelasan lebih panjangnya, biar kujabarkan. Alasanku menyukai seluruh koleksi buku Risa Saraswati milikku adalah karena mayoritas merupakan buku kisah hantu yang tidak horor. Beberapa justru berhasil membuatku terisak dan ikut hanyut dalam kesedihan. 

Hey, aku serius! 


Tidak semua kisah hantu harus dituliskan dalam konteks horor untuk menakuti para pembaca. Bagiku, Risa Saraswati berhasil memanfaatkan kemampuannya untuk melihat dan berkomunikasi dengan 'mereka' yang tadinya juga bernafas seperti kita, kemudian menceritakan ulang kisah hidup 'mereka' dalam bentuk tulisan. Terlepas dari bagaimana kondisi mereka kini, setelah jantung tak lagi berdetak, nyatanya banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah hidup mereka dulu. 

Itu yang kumaksud dengan kisah hantu yang tidak horor. Sekarang lebih masuk akal, bukan? 

Jika aku menilik kembali sejarah di mana aku banyak tenggelam dalam buku-buku bacaan, sekitar tujuh hingga sepuluh tahun yang lalu saat duduk di bangku SMP, ternyata ketertarikanku akan buku bertema hantu non horor sudah muncul. Kali ini merupakan enam buku terjemahan berjudul The Mediator yang ditulis oleh Meg Cabot. Iya, enam buku. Novel, berseri, keenamnya saling berkelanjutan. 

Mungkin kalian bertanya-tanya apakah gerangan yang membedakan kisah hantu non horor versi Risa Saraswati dan Meg Cabot ini, selain bahwa salah satunya bergaya bahasa khas novel terjemahan, tentu saja. Well, Meg Cabot menambahkan elemen kisah cinta cukup intens antara si tokoh hantu dan manusia. Sukses membuatku ikut jungkir balik gemas. 

Oke, biar kusimpulkan: salah satu buku favoritku adalah buku hantu non horor yang dilengkapi dengan bumbu kisah cinta romantis. 



***



Baiklah, meskipun aku juga tak suka karena harus mengakhiri cerita panjang lebarku mengenai eksplorasi buku versiku malam ini, sepertinya aku tak punya banyak pilihan lain.

Hey, tenang.

Tentu aku mengakhirinya bukan karena kekurangan referensi. Namun karena cukup banyak yang berhasil ku eksplorasi, dengan berbagai cara yang juga akan rekomendasikan, maka kita simpan untuk kutulis di hari lain, oke? 



Yazida. 
26 Oktober 2020.
23.49 WIB. 

#Day11
#30DWCJilid26

Komentar