Blue out of the Blue

Aku tak tahu, berada di tingkat manakah ke-tidak baik-baik saja-an ku malam ini. Nafasku cepat. Tak teratur. Masih kuupayakan untuk mengambil nafas dalam dengan durasi lebih panjang, empat hitungan. 

Aku juga tidak tahu, sudah berapa kali air mataku jatuh sejak pagi tadi hingga menulis malam ini. Tanpa sebab yang jelas. Kurasa lebih dari jumlah semua jari dalam satu tanganku. 


Rasa sedih ini muncul tanpa permisi. Entah apa yang menyebabkannya muncul berkali-kali dan membuatku kepayahan hari ini. Hanya sedih saja. Tanpa alasan. Namun satu hal yang pasti: rasa sedih ini ditujukan kepada objek dan situasi yang berbeda-beda. 

Iya, akupun mungkin akan seperti beberapa di antara kalian yang tak percaya bahwa kesedihan dapat begitu saja hinggap. Tanpa angin, tanpa hujan. Tak percaya hingga aku mengalaminya sendiri.

Entah bagaimana membahasakannya, namun pada beberapa waktu seperti malam ini... perasaan ini terasa begitu intens. Perasaan dan pemikiran yang kukira sudah sejak dulu kuselelesaikan, kusalurkan, kutata kembali pada tempat yang seharusnya, mendadak menerobos ke ruang kerja utama dalam otakku. Membuat keributan hebat yang selain memaksaku tidur dengan mata bengkak (jangan pula tinggalkan fakta bahwa saat bangun esok hari bengkaknya akan semakin menjadi), juga membuatku yang sedang kelelahan... menjadi semakin tak berdaya. 

Ya Tuhan, aku butuh istirahat yang berkualitas. Juga kusampaikan terima kasih pada-Mu, karena gelombang kekacauan yang melanda diriku malam ini baru saja mereda. Persis ketika paragraf ini kutulis.

Apakah ini memang mediaku? Cara-Mu membantuku menjinakkan kesedihan tanpa sebab yang mengobrak-abrik ruang kerja utama dalam otakku? Sepertinya. Semoga saja. 



Yazida. 
18 Oktober 2020.
23.05 WIB.

PS:
Hidungku mulai mampet sebelah. 

#Day3
#30DWCJilid26

Komentar