Irreplaceable Figures

Kalau suatu saat aku bertanya, "Bagaimana perasaanmu andai ditinggal mati peliharaan kesayanganmu secara tiba-tiba?"

Seseorang mungkin menjawab sedih. Seseorang yang lain bisa jadi menjawab marah. Frustasi. Ada yang kebas hingga terasa biasa saja. Semua perasaan tersebut adalah nyata dan valid.

Manusia memang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan dalam situasi yang juga berbeda. Meskipun mungkin terdapat pola-pola tertentu di mana sebagian besar manusia memiliki reaksi yang sama terhadap situasi yang sama, hal tersebut menurutku tidak membuat reaksi lain dari kelompok minoritas menjadi tidak nyata dan valid. 

Dalam kasusku, ketika aku menjawab pertanyaan yang kuajukan sendiri tadi di atas, maka inilah jawabanku: pilu dan patah hati.

Percayalah, rasa kehilangan dan duka nyatanya dapat kita temukan dalam konteks apapun. Kematian peliharaan kesayangan, perpisahan dengan orang terkasih. Bukan, bukan untuk mensejajarkan posisi di antara dua contoh itu. Namun bentuk kehilangan sosok itulah yang kumaksud. 

Entah apakah pernah ada manusia yang cukup miskin ide saat menghibur kita di tengah kehilangan dengan mengatakan, "Peliharaan lain bisa dicari nanti." Atau dalam konteks lain kata-katanya menjadi seperti ini, "Manusia di dunia ini jutaan. Pasti menemukan lagi satu."

Meskipun pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar, kuakui bahwa pernyataan tersebut juga tidak sepenuhnya salah. Mungkin mereka yang mengatakan hal di atas lupa bahwa tidak semua sosok dapat digantikan begitu saja. Kenangan yang sudah ada, jelas tidak. Manusia yang seratus persen identik dari fisik, hati, dan pemikiran pun tidak ada. Hey, maksudku, kembar identik monozigot pun tetap ada bedanya, bukan? 

Hal yang mungkin mereka ingin sampaikan adalah bahwa kita masih diberikan kesempatan dan pilihan untuk mengisi kekosongan sosok tersebut di masa depan. Tentu mustahil jika ego tetap ingin mengisinya dengan sosok yang persis sama seperti sosok yang telah pergi. Iya kalau masih memungkinkan untuknya kembali lagi. Kalau tidak? 

Sebenarnya, setelah kupikir kembali, pilihan itu kembali ke tangan kita lagi. Apakah kita siap untuk memberikan peran tersebut kepada sosok yang lain? Sosok yang bisa jadi mirip, namun berbeda karena sifat individu yang unik. Seperti apakah sosok yang kita cari itu? Lalu, yang menjadi pertanyaan terakhirku: siapakah sosok itu? 



Yazida. 
22 Oktober 2020.
23.20 WIB. 

#Day7
#30DWCJilid26

Komentar