Her Own Birthday Composition

"Yuk, Yaz!"

Erwin menghampiriku dengan setumpuk kertas penuh coretan di sebelah tangannya. Kedua kakinya sudah nyeker asik lapis kaus kaki putih seperti biasanya.

Memang, sejak kemarin ia sudah memintaku untuk membantunya membuat rencana kegiatan kunjungan organisasi kami yang akan dilaksanakan pada semester mendatang. Tadi pagi baru sempat kubalas pesan singkatnya dengan mengatakan bahwa waktu luangku hanya sebatas saat jeda antar mata kuliah pagi hari.

Aku meloloskan diriku dari celah kursi yang menghimpit tubuhku, mengambil binder biruku dan sebuah pulpen hitam sebelum akhirnya bergabung dengan Erwin yang sudah duduk lesehan di lantai, tak jauh dari kursiku. Aku sudah melempar pelan peralatan tempurku ke lantai dan bersiap duduk santai saat Erwin tiba-tiba berseru, "Eh, bentar. Itu komputer nganggur kan ya?"

Menoleh ke arah benda tipis dengan layar cukup lebar (lengkap dengan sticker inventaris kampus), aku mengangguk pelan. Erwin sudah meluncur ke arah komputer kampus dan menyisakan satu kursi persis di depan monitor untuk aku mengetik.

"Wait, Win," aku duduk di kursi empuk biru di depan kelas yang tiga-perempat mahasiswanya menghilang ke kantin untuk mengisi perut mereka. Enam sampai delapan orang yang masih bertahan di kelas. Sebagian sibuk dengan cemilan dana usaha yang dibelinya dari seorang teman, sebagian lainnya duduk melingkar di ujung ruangan mempersiapkan materi presentasi siang nanti. Aku melanjutkan, menoleh ke arah Erwin, "Anakmu di seksi acara cuma aku?"

"Ada Mba Deshinta kok," Erwin nyengir kemudian lanjut menjelaskan, "Tenang, rundown cuma formalitas buat proposal. Tinggal ketik aja sama kira-kira kok..."

Aku manggut-manggut kecil dan mulai mengisi kolom dan baris tabel yang telah muncul di layar, dengan tulisan 'registrasi plus loading barang'. Erwin berceloteh, "Pokoknya kita nanti dari sini Kamis malem, Jumat acara disana, Sabtu main, malemnya baru balik deh."

"Kamis kapan nih?" Jari-jariku terdiam sejenak di atas keyboard setelah mengetik kata Kamis dan satu koma kecil di belakangnya yang masih menggantung belum diteruskan.

"Sek, sek, sek," layar ponsel Erwin akhirnya menyala setelah sedari tadi mati kehabisan baterai. Selang beberapa saat, ia sudah sibuk mencari-cari chat dari ketua departemennya. Wajahnya sumringah saat ia mengangkat pandangannya dari layar ponsel dan mengatakan, "Kamis, 21 September, Yaz."

"HAH?" Aku terbelalak kaget dan mendadak perlu menghirup oksigen dengan jumlah ekstra. Berkali-kali.

"Iya, berangkat Kamis malam jam delapan. Jumat subuh, jam empat, udah harus disana."

"Lah, emang berapa jam perjalanannya?" tanyaku skeptis sambil mengerenyitkan dahi. Masih tampak syok dengan nafas naik-turun. "Kita kemana sih?"

"Delapan sampai sembilan jam naik bus." Erwin mengawang-awang sejenak, mendadak melanjutkan dengan sebelah mata menyipit heran, "UNAIR sama Malang, kan?"

"Bukannya deket ya?"

"Yaz, Jawa Timur itu, Yaz."

"Oh, Man!"

Aku merutuki fikiran sesatku yang terlampau ngaco menafsirkan letak UNAIR. Juga pola huruf Malang dan Magelang yang mirip (entah bagaimana skema fikirku hingga dengan geniusnya bisa membawa-bawa nama kota terakhir yang kusebut barusan, dalam konteks ini)... sungguh, kukira dua kota tersebut terletak berdekatan. Maksudku...

... tak jauh dari Jogja.

Setelah itu, meski jariku tetap mengetik dan mulutku tetap beropini saat menyusun rencana kegiatan tersebut, otakku sudah lari entah kemana. Maaf, Win.



Aku berkutat dengan statement "Kamis, 21 September 2017" dan sebuah provinsi bernama ...

Jawa Timur.





***





Why?

Simply karena, jujur, saya kaget sekali waktu tahu bahwa
  1. Kunjungan organisasi ternyata diadakan bulan September. 21, 22, 23.
  2. Di tempat yang menurut saya jauh membentang nun jauh jaraknya disana.
  3. I will have another birthday di kota orang yang lebih asing dari Jogja bagi saya, September lalu. Terjepit pula diantara hari keberangkatan dan hari kepulangan.




Asli. Curhatan macam apa ini 😂😂😂

But, seriously, buat makhluk yang masih hijau dalam urusan rantau-merantau ini (re: saya), rasanya beda sekali, guys, ketika harus merayakan hari bahagia kita dengan posisi jauh dari keluarga.

Keluarga memiliki peranan penting dan besar bagi saya, hingga tidak lengkap komposisi hidup saya tanpa mereka, sebuah kesatuan unsur yang saya sebut sebagai... keluarga.


Kangen rayain ultah bareng, hehe








The fact that she wrote such a long post
longing for

a birthday song being sung together,
blowing out candles together,
slicing cake together,
being together, 

she's still hardly believe it.



-Yaz
#30DWCJilid5 #Day2

Komentar