Belajar dari Malam
Sebagai manusia dengan cap cupu dunia malam, bukan berarti saya nggak pernah keluar malam. Saya hanya memilih untuk nggak begitu.
Jaman SMP, blas. Diajak nongkrong, sama sekali nggak pernah (atau menolak yaaa wkwkwk, saya lupa). Akhirnya pertama kali keluar malam tanpa orang tua pun terjadi saat saya kelas sembilan (3 SMP).
Respon saya? Dunia malam = menyeramkan.
Apalagi kalau menyapa dunia malam dengan manusia yang nggak pas. Akan sangat terasa horror-nya dan dijamin bawaannya –mutlak– ingin cepat-cepat pulang dan berpacaran dengan kasur tercinta.
Jaman SMA, pulang malam sudah biasa. Kegiatan organisasi ini-itu, ana-ani, adaaa saja yang membuat saya betah di sekolah. Sampai suatu ketika ayah saya sensi dan bilang kalau saya lebih sibuk dari Menteri di Istana Negara.
But I enjoy it! Dunia malam saya semasa SMA, saya nilai positif dan nggak neko-neko.
Malam ini, di masa agak-mulai-masuk penghujung semester dua saya, saya sedang duduk tanpa alas dan melihat kelap-kelip lampu yang mengikuti ritme musik yang dimainkan keras.
Yaaak applause dulu buat yang barusan negative thinking dan ngira saya lagi di diskotik wkwkwk *tepuk tangan*
Engga lah, serem amat buuu, diskotik yakali hahahah 😂
Saya menghadiri Malam Puncak Sparta, semacam class meeting atau lomba-lomba jeda setelah UTS, di kampus saya. Nggak bisa dibilang seratus persen saya perform, tapi nggak bisa juga dibilang seratus persen saya penonton. Malam ini saya jadi dua-duanya lhoooo, yeaaay, mana nih yang belum pernah liat saya nge-dance 😏
Sesekali saja saya begini, dateng event. Keluar malam.
Belajar dari malam, rasanya semua yang terjadi pada diri kita memang dikembalikan kepada kita lagi.
Kalau saya sudah nurut dengan rasa malas saya, saya pasti tidak berganti pakaian dan segera meluncur ke kampus. Saya pasti sudah tidur, menuruti rasa kantuk saya yang sering datang kapan saja dan dimana saja.
Kalau saya benar-benar begitu, kehilangan kesempatan perform dong, saya.
Intinya, ayo semangat! Jalani pilihan kita dengan hati yang lapang, pikiran yang jernih, dan keikhlasan.
Satu lagi:
Jangan sia-siakan kesempatan kita untuk bisa lebih dari apa yang kita pikir kita hanya bisa.
Good night,
Yazida.
#30DWCJilid5 #Day18
Komentar
Posting Komentar