When the Sky Cries Today

Aku tak tahu mengapa langit sedang hobi-hobinya menangis. Ya, selain karena sedang musim hujan, tentu saja. 

Seringkali langit menangis saat gelap, menunggu para penghuni bumi terlelap agar tak ikutan bersedih. Atau mungkin langit hanya malu dipergoki. Langit menangis begitu deras hingga menjadi pengantar tidur sempurna yang meninabobokan bumi dan isinya. 

Hari ini, langit memilih untuk menangis sejak siang hari. Saat matahari masih muncul, saat para penghuni bumi masih terjaga. Meskipun iya, tangisan langit menutupi hangat matahari dan menunjukkan sendu sedari pagi. 

Mungkin langit lelah menangis diam-diam, berharap tak terlihat. Namun tentu saja, bersembunyi dalam gelap pun, aku tetap tahu ia sedang bersedih. Kini justru langit secara terang-terangan bersedih. Membiarkan bumi dan seluruh penghuninya tahu. 

Aku tak tahu apa yang membuatnya sangat bersedih hari ini. Langit menangis begitu lama. Dari sebelum kupejamkan mataku untuk tidur siang, hingga aku kembali terbangun.

Tangisan langit yang deras baru mereda ketika matahari telah turun. Saat orang-orang sedang bersantap sup atau makanan berkuah panas lainnya, bercengkerama dengan sanak keluarga atau hewan peliharaan, atau sedang bersiap untuk kembali bersembunyi di dalam hangat selimut.


Meskipun tangisan langit menghadirkan dingin, namun dari dingin itulah kita belajar untuk lebih menghargai hangat...

... dalam berbagai bentuk lain yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya. 


Yazida. 
5 November 2020.
20.58 WIB. 

#Day21
#30DWCJilid26

Komentar