Teman Bertumbuh

Bermodal mengikuti challenge yang sama tiga tahun yang lalu selama tiga jilid berturut-turut, saya memberanikan diri untuk kembali menantang diri saya berdinamika selama tiga puluh hari.

Adakah perbedaan antara mengikuti jilid 26 ini dengan jilid 5, 6, dan 7? Tentu ada. Dari segi tujuan utama pun berbeda. Pada jilid 26 ini, entah ini sangat muluk-muluk atau justru tidak muluk-muluk sama sekali, saya menulis untuk sembuh.

Hari ini tepat hari ketiga puluh saya menulis non-stop. Kalau dibilang tak terasa, sebenarnya sedikit setuju dan tidak setuju sih. Ada kalanya kata-kata dapat mengalir begitu saja dari otak ke jemari saya kemudian berubah bentuk menjadi tulisan. Ada kalanya saya lelah dan berusaha keras menguras otak saya di tengah rasa kantuk yang melanda. Ada hari-hari tertentu di mana saya merasa perlu menaikkan tingkat tantangan saya dalam menulis, cerpen misalnya. Meskipun itu di luar tujuan utama yang sudah saya sebutkan di atas.

Mengikuti 30 Days Writing Challenge kali ini merupakan awal yang bagus bagi diri saya yang sempat menarik diri dari dunia. Dunia luar, bahkan dunia saya sendiri seperti menulis untuk bercerita. Sudah cukup lama saya bersembunyi dari dunia yang memperlakukan saya dengan sangat tidak adil, merasa tak ada tempat yang benar-benar aman bagi saya termasuk blog pribadi, atau mempercayai manusia lain sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk bertumbuh menjadi versi terbaik diri saya.

Di tengah challenge ini, saya membuat sebuah penemuan dan keputusan yang menurut saya tepat. Saya menjadi sadar bahwa di tengah kesepian yang saya rasakan, di tengah kebingungan saya menguraikan pikiran-pikiran saya yang terkadang muncul secara acak, sosok temanlah yang benar-benar saya butuhkan. 

Teman yang berusaha memahami, teman yang belajar untuk tidak menghakimi, teman yang bersedia mendengarkan kapan saja dan di mana saja.

Sosok teman itu... adalah diri saya sendiri.

Saya memberanikan diri untuk kembali menulis diary dalam bentuk buku setelah sekian lama meninggalkan media tersebut. Ya, walaupun tulisan tangan saya tak berbentuk. Saya tak peduli. Hati saya merasa lebih ringan setiap kali menulis di dalamnya. Apapun. Mentah dan tanpa filter. 

Saya merasakan jiwa saya bertumbuh. Terekam cukup jelas dalam tulisan-tulisan di blog ini sejak tahun 2009 ketika pertama kali saya mengisinya. Hal ini merupakan hal yang saya syukuri karena tak ada hal yang paling berharga selain pengalaman dan kenangan yang diabadikan dan dapat dibuka lagi kapan saja.

Terima kasih saya ucapkan kepada semua peserta Jilid 26, terutama teman-teman seperjuangan saya di Squad 1, atas keberanian kita untuk memulai. 


Saya ucapkan juga terima kasih kepada Kak Rezky dan Kak Rizka atas bimbingannya sebagai mentor, beserta Kak Sari dan Kak Prisca sebagai superteam yang sudah memfasilitasi keberlangsungan program ini dan seluruh feedback yang membangun.

Terakhir, sebelum saya tutup tulisan ini, saya ucapkan juga terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia untuk menyaksikan jiwa saya bertumbuh dan bersedia ikut bertumbuh bersama saya.

Saya, Yazida Rizqa Haloningtyas, berhasil menyelesaikan 30 Days Writing Challenge Jilid 26. 


Yazida.
14 November 2020.
20.10 WIB.

#Day30
#30DWCJilid26

Komentar