Second Chance
Sebagai seorang manusia yang sudah termakan doktrin Aslan dalam film dan buku Narnia: Prince Caspian –yang keduanya sudah saya tonton dan baca sebagai komparasi– bahwa
"Things never happen the same way twice."
So, yup, I do believe it. Bahwa ada hal yang nggak bisa terjadi dua kali.
Pada beberapa kesempatan, saya mengamati, merasakan, dan mengalami sendiri hal tersebut. Bahwa pengulangan dari apa yang sudah terjadi tetaplah mungkin, walau hanya sedikit sekali kemungkinannya. Apalagi terjadi dengan cara yang benar-benar sama.
Pagi ini saya dikejutkan dengan berita singkat melalui grup Whatsapp keluarga saya bahwa...
... kucing saya, Benjamin, Ben, sudah kembali.
Kucing berbulu abu-abu gradasi terang ke gelap yang begitu gemuk, lucu, menggemaskan. Kucing yang sudah berubah dari kucing penakut dalam hal berinteraksi dengan manusia, menjadi kucing pemberani dan penuh kasih sayang. Kucing yang saya lihat sendiri kelahirannya pada 21 April 2016 lalu dan saya amati tumbuh-kembangnya hingga detik ini.
Ben kembali.
Sejak menghilang menapaki dunia luar dua minggu yang lalu, keluar dari celah kecil pintu dan berpetualang tanpa terlacak meskipun sudah dilakukan pencarian intensif... secara ajaib, Ben saya memutuskan untuk pulang.
Sebagai pecinta kucing yang pernah mengalami siklus kucing rewel a.k.a. ingin punya pacar, akhirnya dilepas di luar, jalan-jalan dugem sepanjang malam sampai pagi, pulang dalam keadaan dekil dan lapar, hingga suatu hari kucing jantan tersebut benar-benar tidak pernah menjejakan kaki di rumah saya lagi, tentu menjadikan momen kepulangan Benjamin pagi ini sebagai sumber kelegaan yang luar biasa. Bagi saya terutama.
Yang saya ceritakan di paragraf sebelumnya itu Zachary, Zach. Ayahnya Ben. Zach ini adalah seekor kucing putih berbulu pendek yang punya personality paling absurd dan mirip sama pemiliknya (baca: saya). Dari entah berapa minggu yang lalu sampai detik ini, dia belum pulang ke rumah.
Zach, kami rindu!
Belajar dari kepulangan Ben pagi ini, rasanya seperti kami sekeluarga masih diberikan kesempaatan oleh Sang Pencipta untuk kembali menjaga titipan-Nya yang diamanahkan kepada kami. Mungkin Ia tahu bahwa kami sayang Ben, sama sayangnya terhadap Zach.
Meskipun Zach sekarang masih di alam antah-berantah, Sang Pencipta masih mau membisikkan insting kepada Ben yang mungkin radius jangkauannya masih lebih dekat dari kami sehingga bisa menemukan jalan pulang.
Berarti Dia masih mau Ben berada di tangan kami. Dan itu cukup. Itu poin pentingnya.
Sang Pencipta memberikan kami kesempatan kedua untuk membuat berbagai hal lebih baik lagi dari kesempatan lalu.
Dear Benjamin,
Welcome home, Boy!
Boleh main di luar, tapi jangan jauh-jauh, tapi jangan lupa pulang. Sedih liat kamu pulang-pulang kurusan, Nak. Dekil juga. Plus kata orang rumah, kamu bau. Hiksss, sedih banget! Hari ini wajib grooming ya, Nduk!
Urusan jodoh, sudah diatur sama Yang di Atas. Kamu tinggal berdoa aja dan tolong jangan hamilin Chloe, ibumu. Sekarang dia jadi harus urusin anakmu (atau anak setengah adik ya, statusnya hmmm) yang wujudnya jiplek kamu waktu kecil dulu.
Jangan uring-uringan.
Pokoknya nanti kita kasih CV ke temen-temen dan kenalan keluarga kita buat ngelamar kucingnya ya... Tenang aja, Ben.
We love you!
Sebagai pecinta kucing yang pernah mengalami siklus kucing rewel a.k.a. ingin punya pacar, akhirnya dilepas di luar, jalan-jalan dugem sepanjang malam sampai pagi, pulang dalam keadaan dekil dan lapar, hingga suatu hari kucing jantan tersebut benar-benar tidak pernah menjejakan kaki di rumah saya lagi, tentu menjadikan momen kepulangan Benjamin pagi ini sebagai sumber kelegaan yang luar biasa. Bagi saya terutama.
Yang saya ceritakan di paragraf sebelumnya itu Zachary, Zach. Ayahnya Ben. Zach ini adalah seekor kucing putih berbulu pendek yang punya personality paling absurd dan mirip sama pemiliknya (baca: saya). Dari entah berapa minggu yang lalu sampai detik ini, dia belum pulang ke rumah.
Zach, kami rindu!
Belajar dari kepulangan Ben pagi ini, rasanya seperti kami sekeluarga masih diberikan kesempaatan oleh Sang Pencipta untuk kembali menjaga titipan-Nya yang diamanahkan kepada kami. Mungkin Ia tahu bahwa kami sayang Ben, sama sayangnya terhadap Zach.
Meskipun Zach sekarang masih di alam antah-berantah, Sang Pencipta masih mau membisikkan insting kepada Ben yang mungkin radius jangkauannya masih lebih dekat dari kami sehingga bisa menemukan jalan pulang.
Berarti Dia masih mau Ben berada di tangan kami. Dan itu cukup. Itu poin pentingnya.
Sang Pencipta memberikan kami kesempatan kedua untuk membuat berbagai hal lebih baik lagi dari kesempatan lalu.
Dear Benjamin,
Welcome home, Boy!
Boleh main di luar, tapi jangan jauh-jauh, tapi jangan lupa pulang. Sedih liat kamu pulang-pulang kurusan, Nak. Dekil juga. Plus kata orang rumah, kamu bau. Hiksss, sedih banget! Hari ini wajib grooming ya, Nduk!
Urusan jodoh, sudah diatur sama Yang di Atas. Kamu tinggal berdoa aja dan tolong jangan hamilin Chloe, ibumu. Sekarang dia jadi harus urusin anakmu (atau anak setengah adik ya, statusnya hmmm) yang wujudnya jiplek kamu waktu kecil dulu.
Jangan uring-uringan.
Pokoknya nanti kita kasih CV ke temen-temen dan kenalan keluarga kita buat ngelamar kucingnya ya... Tenang aja, Ben.
We love you!
Tertanda,
Pemilik yang sedang ada di perantauan
dan jadi ingin segera pulang ketemu kamu,
Saya.
#30DWCJilid7 #Day27
Komentar
Posting Komentar