Beyond Predictions
Saya terbangun satu jam sebelum batas akhir setoran hari ini berakhir. Memutar otak dan mencari topik apa yang sekiranya hendak saya tulis, saat tiba-tiba...
... degup jantung saya bertambah cepat sepersekian detik. Degup yang membuat sekian persen energi saya begitu terasa tertarik masuk ke dasar bumi. Jenis perasaan yang pernah saya rasakan dulu, dulu sekali bertahun-tahun lalu.
Yang kemudian penyebabnya benar-benar terkonfirmasi dengan bergoyangnya kipas angin yang berdiri tak jauh dari kasur saya. Seakan menjelaskan: baru saja terjadi gempa bumi.
Saya, yang masih berbaring di tempat tidur, justru membatu saking syoknya.
Tentu saja ini pengalaman gempa bumi pertama saya di perantauan. Jauh dari orang tua.
Tanah rantau yang memiliki rambu khusus rawan bencana alam (ini saya simpulkan karena tercantum dalam materi Safety Health Environment yang harus saya berikan kepada para mahasiswa baru minggu depan) yang sejak dulu kala menyumbangkan berbagai perspektif mengenai sisi manusia dengan sesamanya maupun dengan penciptanya.
Tanah rantau yang membuat Yazida kecil yang dulu tinggal dua jam jauhnya dari kota ini merasakan gempa bumi pertamanya. Melihat langsung mobil Honda Stream hitam di halaman rumahnya memantul ke kanan ke kiri seperti bola bekel. Bak beban ratusan kilogram tersebut hanya fiktif belaka.
Tanah rantau yang gunung berapinya menjulang terlihat dari tempat jemuran rumah masa kecil Yazida. Mengepulkan asap tinggi beberapa kali, juga menyisakan tempat dalam memori Yazida saat berita mengenai lahar yang menyapu hingga ke juru kuncinya santar terdengar. Menerbangkan abu dan membuat orang-orang beraktivitas menggunakan masker.
Kesemua sentuhan lembut jari-Nya di sebuah titik tempat kita berpijak di muka bumi nyatanya mampu membuat kita yang kecil ini kalang kabut, takut, nyaris terpuruk.
Teguran dalam bentuk di luar prediksi ini adalah bentuk pengingat akan kuasa-Nya.
Bahwa sebaik-baiknya usaha manusia dalam mempersiapkan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang ada... tetaplah Ia, pencipta dan pengambil keputusan paling Agung yang berhak menetapkan segalanya.
#30DWCJilid7 #Day29
... degup jantung saya bertambah cepat sepersekian detik. Degup yang membuat sekian persen energi saya begitu terasa tertarik masuk ke dasar bumi. Jenis perasaan yang pernah saya rasakan dulu, dulu sekali bertahun-tahun lalu.
Yang kemudian penyebabnya benar-benar terkonfirmasi dengan bergoyangnya kipas angin yang berdiri tak jauh dari kasur saya. Seakan menjelaskan: baru saja terjadi gempa bumi.
Saya, yang masih berbaring di tempat tidur, justru membatu saking syoknya.
Tentu saja ini pengalaman gempa bumi pertama saya di perantauan. Jauh dari orang tua.
Tanah rantau yang memiliki rambu khusus rawan bencana alam (ini saya simpulkan karena tercantum dalam materi Safety Health Environment yang harus saya berikan kepada para mahasiswa baru minggu depan) yang sejak dulu kala menyumbangkan berbagai perspektif mengenai sisi manusia dengan sesamanya maupun dengan penciptanya.
Tanah rantau yang membuat Yazida kecil yang dulu tinggal dua jam jauhnya dari kota ini merasakan gempa bumi pertamanya. Melihat langsung mobil Honda Stream hitam di halaman rumahnya memantul ke kanan ke kiri seperti bola bekel. Bak beban ratusan kilogram tersebut hanya fiktif belaka.
Tanah rantau yang gunung berapinya menjulang terlihat dari tempat jemuran rumah masa kecil Yazida. Mengepulkan asap tinggi beberapa kali, juga menyisakan tempat dalam memori Yazida saat berita mengenai lahar yang menyapu hingga ke juru kuncinya santar terdengar. Menerbangkan abu dan membuat orang-orang beraktivitas menggunakan masker.
Kesemua sentuhan lembut jari-Nya di sebuah titik tempat kita berpijak di muka bumi nyatanya mampu membuat kita yang kecil ini kalang kabut, takut, nyaris terpuruk.
Teguran dalam bentuk di luar prediksi ini adalah bentuk pengingat akan kuasa-Nya.
Bahwa sebaik-baiknya usaha manusia dalam mempersiapkan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang ada... tetaplah Ia, pencipta dan pengambil keputusan paling Agung yang berhak menetapkan segalanya.
#30DWCJilid7 #Day29
Komentar
Posting Komentar