Different, Dhan.

Assalamu'alaikum...

Ternyata benar, Dhan. Cerita kita lain lagi kali ini.

Diantara banyaknya tanya yang seperti bintang di atas, beberapa telah meledak seperti kembang api yang akhirnya sanggup menjawabnya. Kembang api malam ini indah, Dhan. Tak dapat kupercaya kedua kakiku yang terbungkus kaus kaki warna kulit itu menjejak lapangan mendekati malam. Aku memandang hitam cakrawala yang bertabur warna-warni letusan kembang api.

Dhan, kuatkan aku. Itu bisikku padamu.

Aku bergulat dengan diriku. Mempertanyakan kemampuanku meledak seperti kembang api itu. Aku mempertanyakan seperti apa letusan yang akan dapat kuhasilkan...

Dhan, aku berjalan di sepanjang sayap koridor. Beberapa kali ke arah yang sama, mengandalkan sepasang mata yang (meski telah dibantu oleh kacamataku) belum dapat melihat dari dalam keremangan.

Alhamdulillah ada beberapa pasang mata lain yang membantuku, ada beberapa hati lain yang menopang perasaanku, ada beberapa pasang tangan lain yang mengarahkan tubuhku yang diam membeku.

Dalam gelap aku datang. Sesuai janjiku, aku angkat bicara. Dan sesuai janjiku juga, hanya sedikit waktu yang kuminta.

"Apa ini?"

Aku lega ia bertanya. Menjawab salah satu pertanyaan sakral dalam hidupku, apakah tak sanggup lagi berucap padaku?

Senyum tipis kusunggingkan. Menutupi tanya yang ada. Mencegah tanya-tanya itu meletup tak karuan tidak pada saatnya...

... dan hanya senyuman, emas dalam diamku.



Dhan, satu menit itu kulalui. Tak dapat kulukiskan bagaimana perasaanku saat itu. Mungkin hanya syukur, syukur yang dapat kuucapkan lagi dan lagi, betapa rasanya kembang api itu telah meledak-ledak dengan caranya sendiri, cara yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku lega, alhamdulillah, Dhan.

Seakan apapun yang kulakukan dalam satu menit itu seharusnya sudah kulakukan dari dahulu kala. Seakan rasaku kemarin, lusa, dan dulu memang tak perlu terjadi. 

Satu hal yang pasti, tak perlu menilik yang lalu, aku melangkah. Dan sungguh, perjalanan pulang kali ini adalah perjalanan paling melegakan yang juga paling kunikmati setiap detiknya...



***



Dhan, terima kasih atas cerita yang telah kaubagi bersamaku :)
Sedih, senang, susah, terima kasih karena telah berbagi, terima kasih karena ikhlas menjalaninya bersamaku :)

Maafkan aku yang lemah, yang rapuh dan terkadang goyah. Maafkan cerita-ceritaku yang tak semenarik milikmu. Maaf karena telah membuatmu diam, bingung akan tingkah alienku, atau diamku yang membuat frustasi...

Tiga puluh hari yang begitu indah. Akankah Ia mempertemukanku denganmu lagi?

Ngomong-ngomong, banyak sekali yang bertanya tentangmu padaku, Dhan, hahahah... Cukup sekian dulu surat dariku untukmu.

See you again, Dhan! Wassalamu'alaikum :)




Aku suka versi ini, semoga kamu juga suka!



Yang kini berada di depanmu,
El.

Komentar