Relieved

What a very insightful day.

Minggu lalu saat break, saya mencoba menuliskan sesuatu. Sayangnya jam kuliah keburu di mulai dan komputer kampus pun digunakan. Nanti atau entah kapan, mungkin akan saya post tulisannya.

Oh iya, betul. Komputer kampus selalu menjadi favorit saya. Selain karena internet cepat, keyboard yang seratus persen waras pun begitu menggembirakan.

Back to topic...

Setelah menunda berminggu-minggu, hari ini akhirnya saya memberanikan diri untuk datang ke depan dan bertanya pada salah seorang dosen yang -baru semester ini (setelah sebelumnya belum pernah diampu beliau)- menjadi salah satu dosen favorit saya.

"Bu, sebenarnya kecerdasan emosi itu kalau kita sedih lalu kita menangis, atau kalau kita sedih lalu kita berhasil menyembunyikannya?"

Dengan sabar, beliau menjelaskan. Setelah berdiskusi lebih dari lima menit itulah kemudian beliau menanyakan pertanyaan yang tidak dapat saya duga. Mungkin naluri beliau sebagai seorang psikolog senior sedang bekerja.

"Kamu tanya seperti itu... ada pemikiran apa? Kok bisa tanya seperti itu?"

Saya nyengir dan langsung gagal mempertahankan rencana awal untuk segera meninggalkan kelas setelah pertanyaan terjawab. Mulut saya bocor seperti ember bolong yang airnya keluar dengan deras.

Lima belas menit berlalu. Saya merasa sedikit lebih hidup setelah feedback-feedback positif yang membangun serasa dialirkan ke dalam darah saya. I'm happy that finally I found someone (yang tepat dan berkompeten) that could listen to what might become my insecurities for a long time.

And I'm also happy that she's able to encourage me to do better in my life.



Percakapan dengan teman kampus saya ketika akhirnya berhasil melangkah kemudian berubah menjadi diskusi lanjutan.

"Berarti benar ya, langkah pertama itu ya harus menyadari. Harus aware."

Diskusi kemudian berubah menjadi cerita pengalaman di sela-sela kami menyantap sarapan kesiangan kami pukul sepuluh kurang, di bawah atap sebuah kantin populer bagi anak sosio humaniora.

Setengah jam berlalu. Dan ketika mata kuliah selanjutnya di mulai, mata saya tidak dapat menutupi binar yang terpancar.

I feel like, I finally aware that I am aware of things around me and my life.


Bersambung...
Yazida.
Rabu, 20 Maret 2019
13.00 WIB

Komentar