Manusia Biasa

Ayah, maaf.

Aku tau ayah capek, nyetir ngebut dan jauh pasti sangat menguras energi. Walaupun ayah bilang 'cuma' 50 km dan kita berhasil sampai dalam waktu 1,5 jam saja.

Ayah, maaf.

Mungkin ayah kaget waktu aku bilang aku pengen tidur di kamar kos, dan bukannya kembali ke villa tempat acara sedang diadakan.

Ayah mungkin kaget waktu aku justru mencopot kacamata ku dan mengatakan 'aku capek', sambil mengelap air yang mulai keluar dengan sendirinya tanpa bisa aku tahan lagi.

Aku memang lemah. Karena aku tau, seseorang yang lebih lelah bahkan tidak mengeluh dan mau memutar sedikit arah mobil untuk dapat mengantarkan anak perempuannya ke kos.

Ayah, maaf.

Aku sedang capek. Too many things going on that I can't take it no more. Mungkin aku terlihat santai dan penuh tawa, tapi hati dan fikiranku berseliweran kesana kemari tak tenang.

Ayah, maaf.

Percayalah, aku hanya sedang butuh waktu sendiri... tanpa orang lain, termasuk dirimu, untuk melihatku dalam versi di bawah.

Cukup aku saja.



Untuk kamar kos sweet kos ku, maaf.

Ternyata sebenci apapun aku akan dirimu, sekeji apapun niatku untuk pindah darimu secepatnya... kamu berhasil membuatku merasa nyaman dan memiliki rumah kedua.

Meski sebatas kasur, bantal empat buah, dan selimut dua lapis. Juga desing kipas angin mengelus kakiku.

Kamu mengizinkan aku untuk tetap menjadi diriku sendiri. Kamu mengizinkan aku untuk jujur pada diriku sendiri....

... Layaknya seorang manusia biasa seharusnya bersikap.



Yazida,
Jumat, 8 Maret 2019.
23.49 WIB.

Komentar