Damai Di Ruang Lampu Kuning

Saya duduk di ruangan besar yang damai ini.


Tempat orang-orang menyingkir sejenak untuk bertemu dengan Pencipta mereka, setidaknya lima kali dalam satu hari. Selain luas, langit-langit ruangan ini juga tinggi. Membuat saya bisa bernapas dengan leluasa karena adanya sirkulasi udara yang baik.


Sembari bersandar, mengisi daya ponsel, saya meluruskan kaki.


Sudah sekitar dua bulan sejak pertama kali saya diperkenalkan dengan bangunan tempat ruangan besar ini berada. Selama dua bulan juga, di dalam bangunan yang berkalilipat luasnya ini saya selalu merasa tersesat, kelimpungan, kebosanan, dan kesal. Kalau dihitung-hitung, hari ini adalah hari ketiga di mana saya akhirnya dapat menemukan kenyamanan dan sudut untuk dapat decompressing, kembali terhubung dengan diri saya sendiri.


Siang menjelang sore ini, lampu-lampu kuning dihidupkan. Saya, si penikmat lampu kuning, menjadi semakin betah dan mendalami betapa syahdunya bercurah hati kepada-Nya. Sungguh, beristirahat dan memejamkan mata sejenak di sini tampaknya enak juga.


Tidak terasa satu jam lebih saya bersandar ke dinding. Jemari ini sudah mengetik kesana-kemari, otak saya pun sudah diajak berkelana dari satu tab ke tab yang lain. Saya cukup puas dengan progress yang saya buat. Meskipun mungkin belum sebanyak itu. Mungkin juga masih jauh dari apa yang saya targetkan.


Berita bagusnya lagi, tubuh saya yang tadi sempat terasa lucu kini sudah lebih kuat. Perasaan saya yang banyak was-was dan cemas juga mereda, seiring dengan melambatnya irama jantung. Buat saya, itu yang paling penting.


Toh kita memang butuh diri kita untuk bisa melangkah dan melakukan apapun, kan?




Yazida.

Kamis, 7 Juli 2024

15:25 WIB

Komentar